Sejarah Desa Sungai Liuk (4 Desa Sungai Liuk)

ASAL USUL SUNGAI LIUK - KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI

 
 
 
ASAL USUL SUNGAI LIUK
 
KOTO BINGIN TINGGI
            Di pandang dari sudut perkembangan adat di Sakti Alam Kerinci, Koto Bingin Tinggi yang terletak di sebelah barat Desa Seberang Kecamatan Pesisir Bukit, umumnya di darat Sungai Liuk (4 Desa ), adalah salah saty tempat yang amat bersejarah dan merupakan Koto yang tertua secara adat di tanah sakti alam kerinci lainnya, baik dipandang dari segi perkembangan adat, kebudayaan dan tidak kalah pentingnya menjadi objek ilmu pengetahuan, hal ini mengenai asal usulnya Koto Bingin Tinggi ini pernah mahasiswa dari Belanda, Jepang, dan Australia beserta guru besarnya dan ahli benda purba kala datang untuk menyelidiknya menjadi bahan studiperbandingannya membuat makalah dan Skripsi.
            Untuk melihat fakta-fakta sejarah Koto Bingin Tinggi ini, mempunyai fungsi yang amat menentukan dalam segi perkembangan adat, kebudayaannya dan ilmu pengetahuan adalah sebagi berikut :
            Menurut data-data yang diambil dari keterangan dari orang tua-tua dan pemuka-pemuka adat di Desa Seberang khususnya, pemuka-pemuka adat di 4 desa Sungai Liuk kira-kira pada 40-60 SM di Koto Bingin ini sudah ada manusia yang tinggal di sini sesuai dengan bukti-bukti peninggalan sejarah yang menurut ilmu Antropologi bahasa ini termaksud proto- melayer  (Melayu Tua) yang menurut sejarahnya bangsa ini adalah berasal dari Hindia Malaka yang secara berangsur-angsur datang melalui tanah melayu terus daerah Palembang dan ada juga yang melalui kerajaan melayu di rengat yang lama kelamaan yang sambil berdagang dan mencari rempah-rempah , lada, merica dan lain-lainnya sampai kedataran tinggi.
            Menurut sejarahnya bangsa ini setelah sampai di dataran ini, mereka mendapati dataran tinggi yang subur sehingga membuat lahan pertanian , oleh sebab itu banyaklah binatang-binatang maka di samping bertani mereka pun berburu itu lah sebabnya mereka selalu berpisah-pisah secara lokal  tempat tinggalnya karena berburu , itu lah bukti sejarahnya bukit-bukit sekelilingnya mempunyai nama-nama yang diberikan oleh bangsa tersebut sesuai keadaan di saat itu dengan nama :
            Pematang kabadak, karena di sana ada badak-badak besar pada saat itu. Pematang Gelanggang dan lembahnya di namakan Sungai Tuak, sebabnya sebelum mereka berangkat berburu di Pematang Gelanggang perburuannya , itu lah sebabnya sampai sekarang lembahnya di sebut Lembah Sungai Tuak dan tempat berburunya tersebut di sebut Pematang Gelanggang.
            Bukit Kubur , karena di sanalah berkuburnya seorang tokoh bangsa tersebut yang bernama Moyang Janggut ikut berperang di peperangan Rupir Palembang dan sangat sakti.
            Kira-kira 1.000 meter dari Koto Bingin Tinggi sebelah timurnya terletak satu dataran rendah yang menurut adat renah, di tempat ini lah terletak bekas desa Koto Tuo yang bernama Koto Pauh (Koto Bingin Rendah ) dan tempat inilah mereka tinggal berkelompok mengatur tata cara hidup mereka sebagai masayarakat yang di pimpin oleh ketua kelompoknya yang bernama nenek Talago Undang ( Syiak Alim).
            Menurut sejarah yang di peroleh dari orang tua-tua dan sejarah orang adat di empat desa Sungai Liuk pada 40-60 SM bangsa ini berasal dari Hindia Belakang datang ke tanah melayu terus menyeberangi lautan ke Palembang sambil berdagang melalui bukit Pantai  Cermin (Bukit Kaca ) yang menurut adat di sebut dengan bukit Siguntang-guntang.
            Setelah sampai di bukit Siguntang-guntang kelompok manusia yang datang tersebut itu melihat dari atas bukit ( dataran Tinggi ) terbentanglah suatu dataran rendah yang sangat indah dan subur serta amat mempesona, oleh karena itu timbullah hasrat dalam hati untuk tinggal di renah tersebut kemudian mereka memandang dari bukit yang menjulang di tengah-tengah kabut yang amat strategis tempatnya, dari jauh rendahnya tidak terlalu rendah dan keinginan di hati mereka untuk bertempat tinggal di sana untuk selamanya. Dengan demikian Koto Bingin Tinggi berarti Koto yang Dingin, udaranya nyaman serta pasirnya putih dan air nya jernih yang secara adat di sebut Batang Sungai Elok.
            Bahwa setelah berabad-abad mereka tinggal berkelompok di tempat tersebut sehingga berkembang biak. Telah mempunyai kebudayaan sendiri dan bertulisan sendiri, maka diantara tahun 1297-1326 di kala pesat dan majunya kerajaan samudra pasai yang waktu itu sebagai sultannya yang bernama Sultan Malik Al Saleh , Maka datanglah pedagang-pedagang dari Persia, Arab, India (Gujarat ) , untuk mencari rempah-rempah , seperti merica dan sebagainya melalui pelabuhan muara sakali terus melalui kerajaan Indrapura terus melalui Koto Limau Sering dan singgah di Koto Pauh ( Koto Bingin Rendah ) sehingga pergaulan dengan anggota-anggota masayarakat di tempat itu maka kelompok yang tinggal di Koto Pauh ( Koto Bingin Rendah ) menganut agama Islam sehingga di gelar dengan nama Syiak Alim bersama dengan istri beliau yang bernama Puti Unduk Zulkarnaini Kuning Pinang Masak.
            Bahwa oleh karena itu nenek telago Undang dan istrinya yang bernama Puti Unduk Zulkarnaini Kuning Pinang Masak sebagai penganut agama Islam yang teladan untuk sebagai sejarahnya. Tempat Nenek Telago Undang sholat di atas batu terdapat lilitan sorban dan bekas lutut, dan tangan beliau sujud, dan ada lagi bekas tongkat beliau dan ada sebuah kolam kecil yang berisi air yang disebut “ TAMA” adalah tempat beliau mengambil air wudhu’ dan batu Persembahan, semuanya ini terletak dalam lokasi desa tua yang bernama KotoPauh (Koto Bingin Rendah ).
            Bahwa menurut fakta-fakta dan data-data sejarah yang di kumpulkan secara selayang pandang, pedagang-pedagang dari India ( Gujarat ) , Persia dan Arab datang membawa agama Islam Ke Koto Bingin Tinggi, melalui jalan laut terus ke kerajaan Indrapura, sedangkan rombongan datang ke dataran tinggi Kerinci melalui bukit s guntang-guntang terus ke gunung Terasih ( Koto Limau Manis ) dan sudah ada manusia yang tinggal di bawah sana telah ada adatnya dan telah menganut agama Islam. Kemudian seiring dan terus melanjutkan perjalanan ke Koto Limau Manis dan terus ke Koto Bingin Tinggi dataran Sungai Elok dahulunya Koto Pauh, juga di jumpai orang yang tinggal di situ telah maju peradabannya dan juga telah menganut agama Islam.
            Sampai di Koto Bingin Tinggi, rombongan Datuk Perpatih nan sebatang mengajar tentang pemerintah dan adat, sebab sebelum kedatangan beliau ini belum teratur , setelah mengajar maka rombongan itu melanjutkan perjalanan ke Koto Pandan , sesampai di sana manusia yang tinggal di sana juga telah ada adat dan peraturanya tapi belum sempurna,maka oleh datuk Perpatih nan sebatang mengajar cara mengatur pemerintahan dan adat. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Koto Jelatang Daratan Hiang yang dipimpin oleh Nenek Syiak Indrajati kemudian melanjutkan ke sanggaran Agung yang dipimpin oleh  Nenek Salang Buku dan terakhirnya rombongan tersebut melanjutkan perjalanan ke daratan Kemantan dan yang tinggal di Kemantan secara adat di sebut Talang Babio yang Syiak Jago ( Depati Mudo ) sebagi pimpinannya, dan Datuk Perpatih Nan Sebatang mengajar cara-cara pemerintahan dan menyusun adat.
            Menurut sejarah yang di dapat hal ini terjadi antara tahun 1297-1326 atau abad 12 dan 13 :
            Nenek Telago Undang yang dalam agama Islam di sebut dengan Syiak Alim, setelah kedatangan rombongan pedagang-pedagang dari Arab, Persia, dan India ( Gujarat ) dan kemudian di lanjutkan kunjungan rombongan Datuk Perpatih Nan Sebatang yang membawa alam perubahan, maka oleh Nenek Telago Undang mulailah mengatur tata cara bermasyarakat ,menyusun dan mengatur adat istiadat, cara beragam dan pemerintahan mengingat anak cucu telah berkembang biak dan berkedudukan di Koto Pauh (Koto Bingin Rendah) yang sekarang lokasi SMP NEGERI 7 dan SMP Negeri 10 Sungai Penuh, perubahan dahulunya agama hindu yang tidakbertentangan seperti bergong, bergendang, menari asik ( Tari iyo-iyo) terus di pakai, sebab negeri Koto Pauh adatnya telah bersendi syarak dan syarak telah bersendi kitabulloh. Kalau tempat ini di jadikan objek wisata segala kebudayaan klasik itu dengan bimbingan pemerintah akan kita lestarikan supaya hidup nilai murninya yang tidak kalah dengan kebudayaan di tempat lain dalam Republik Indonesia.
            Bahwa oleh karena nenek Telago Undang selain ahli adat juga seorang agama ( Buya ) dan juga ahli dalam mengatur pemerintahan pada saat itu. Oleh nenek Telago Undang membuat suatu pertemuan antara keturunannya yaitu, Bujang Kudian , Bujang Janggut, dan Bujang Sekungkung serta Patih yang merupakan satu nenek menurut istilah adat untuk merumuskan kelancaran dan meningkatkan perkembangan masyarakat dan juga meningkatkan kepentingan sosial, ekonomi, kebudayaan , dan politik ( kehendak, kepentingan masyarakat ) maka di undsnglah atau di adakan pertemuan antara satu nenek dari rawang, koto baru yang menurut istilah adat di sebut beliau ( Balu ) yang  bertempat di Koto Pauh maka pertemuan dua nenek dan di buatlah Ikrar ( Karang Setia ) di mana antara nenek yang satu dengan nenekyang lain mengadakan kerja sama dalam bidang adat disebut bahwa Koto Bingin Rendah ini di sebut Tanah Baserau dan Tanah Baimbeo karena yang isinya depati berenam, pemangku yang dua lurah dan Ninik Mamak yang dua Lurah yaitu :
1.      Depati Awal ;
2.      Depati Janggut ;
3.      Depati Merajo ;
4.      Depati Mudo ;
5.      Depati Judo;
6.      Depati Suko Barajo ;
 
Sedangkan pemangku yang dua lurah yaitu :
1.    Mangku Anam ;
2.    Mangku Tanah Garo ;
 
Nenek mamak yang duo lurah yaitu :
1.    Suku Dano ;
2.    Datuk Najo ;
3.    Rio Balang ;
Susunan dan pemarsi yan ditetapkan oleh depati Duo Nenek dalam mambaku ikrar ( Karang Setia ) membentukkedudukan depati yang berenam, pemangku yang dua lurah dan nenek mamak yang dua lurah tersebut ini sebagai kedudukan pemangku-pemangku adat tersebut di atas ini disebut dengan secara adat kedudukan di tanah berseru dan tanah berimbo, pemangku-pemangku adat inilah yang menurut adat yang telah dipakai dalam tanah berimbo. Karat tidak boleh dicabut dan jarang tidak boleh disusut , di asak layu di cabut mati, ini lah salah satu isi ikrar duduk duo nenek dalam tanah berserudan tanah berimbo dan dipakai sejak dahulu sampai sekarang. Sejarah ini kita ambil keterangan orang tua-tua di empat desaSungai Liuk pembekuan karang Siti Ani kira-kira pada abad ke 13 dan 14.
 
            Kemudian oleh karena itu perkembangan masyarakat yang terus meningkat dan berkembang maka mereka atas inisiatif dari nenek Telago Undang, maka di adakan pertemuan 6 nenek dalam Sakti Alam Kerinci yang bertempat di Hamparan Beasr Rawang yang dinamakan Pertemuan Depati 48 helai kain yang dinamakan pertemuan 3 di hilir 4 dengan Rawang dan 3 di mudik dengan Rawang, di sini lah tempat merumuskan atau membuat undang-undang adat yang dinamakan beremas remas , isinyo luko bapampeh, mati babangun salah bamato, uang berpasal, babini babaye caho ( Mahar ) yang sekarang di pegang kokoh oleh masyarakat Sakti Alam Kerinci.
 
Manusia yang ada di Sungai Liuk sama saja dengan manusia yang ada di Kerinci lainnya orang yang di sebut : orang bunyi, bunyi ada tapi orangnya tidak bertemu, kalau kita tinggal di pinggir rimba masih kedengaran , orang bergong atau bergendang.
 
Pada abad ke tiga masuklah orang-orang yang datang dari Hindia belakang, yang menyisir bagian timur, terus singgah di pulau berhala, ke lubuk Jambi terus memasuki pedalaman Kerinci melalui Serampeh. Mereka ini penitip, hiduo berpindah-pindah dimana makanan banyak di situlah dia tinggal, agamanya budha.
Kemudian itu lagi datang lagi penganut agama Islam yang berasal dari kerajaan Slahsri Indrapura , juga melalui pulau berhala di ubah Jambi, menghulu Tembesi, Muaro Tebo, Muaro Bungo, terus naik bukit kaco, Gunung Tujuh, dan Kayu Aro.
Ada enam orang Slah, orang Slah ini lah yang membangun Kerinci, terkenal dengan enam Slah, 3 slah diatas  : Koto Bingin Sungai Liuk, Koto Pandan Sungai Penuh, Koto Limau Manis Semurup, 3 Slah dibawah: Talang Lindong Kemantan, Koto Jelantang Hiang, Tebing Tinggi Sanggaran Agung, orang 6 inni di kepalai oleh nenek Koto Bingin yang bernama Slah Alim, dari bukit kaco lah beliau tempat tinggal yang baik, nampaknya daratan Koto Bingin- Koto Bingin  artinya : Koto yang di ingini.
            Pasirnya putih, airnya jernih, ikannya jinak itu lah nama : Sungai Liuk (elok )kareana Belanda tidak bisa menyebut Sungai Iluk dia menyebut Sungai Liuk sampai sekarang.
            Tanda I peninggalan Budah tidak ada, yang ada peninggalan agama Islam, contohnya : 2 buah kitab Fiqih yang ada di rumah adat, dankhotbah yang ditulis pada kulit kayu yang ada dirumah adat Koto Dua.
            Batu Apar yang tiga meter yang menghadap kiblat, di kepala ada lilitan jubah, ada bekas dahinya, dan ada bekas telapak kaki, bekas tongkat. Oleh sebab itu batu tersebut dinamakan batu serban.    
            Kira-kira 3 meter dari batu tersebutada tempat beliau mengamblil wudhu’ yang disebut TAMOA ( Sumur ). Karena Slah Alim yang amat bijaksana beliau dapat menata hidupdi masyarakat yang disebut adat.
            Maka beliau diberi gelar Telaga Undang artinya : sumber undang terjadilah desa Sungai Liuk Tiga Desa :
1.      Koto Deli , Sungai Liuk ;
2.      Koto Dua ;
3.      Koto Pauh Seberang ;
Keturunan beliau amat luas sekali : Koto Baru, Koto Beringin Rawang, Koto Lanang, Koto Payang, Koto Majidin, Koto Bento, Koto Lolo, Koto Keras, Tanah Kampung.
 
Sungai Liuk mempunyai keajaiban yang cukup banyak. Ada bebrapa pusaka mistik peninggalan, berupa keris Bisa Berdiri, Al-Qur’an Tua, beberapa peninggalan lain yang masih tersimpan dalam peti Kuno milik Sungai Liuk.
Dalam mengkemas peninggalan leluhur ini terdapat warisan kebatinan yang kini diburu ahli kebathinan kerinci. Ini terdapat sanggar seni, Hariamau Sakti bisa mendatang keajaiban. Peninggalan itu berupa, belajar silat harimau, secara otomatismenyilet lidah tanpa luka, menusuk tanpa luka, memukul tanpa terasa.
      Kita perlu bangga memiliki kebudayaan dan peninggalan tua warisan nenek moyang Uhang Kincai, kita lestarikan budaya itu karena nilainya sangat leluhur.
 
“INILAH KISAH SUNGAI LIUK SELAYANG PANDANG“
 
 
Sungai Liuk atas empat (4) desa di antaranya :
1.      Desa Sungai Liuk
Asal usul Desa Sungai Liuk
      Sebab dinamakan Sungai Liuk karena adanya yang jernih, terletak di Sungai Liuk, airnya jernih, ikannya jinak dan Sungai Liuk di sebut juga dengan Koto Deli.
      Pada zaman dahulu Sungai Liuk adalah tempat pemandian anak-anak gadis dan tempat pemandian masyarakat setempat dan pada zaman dahulu Sungai Liuk sangat Elok, sejuk, indah dipandang mata, indah di rasa hati dan Sungai Liuk tersebut sering juga disebut Sungai Iluk karena pada zaman Belanda dahulu para penjajah dari Belanda tidak bisa menyebutkan Sungai Iluk maka mereka menyebutnya Sungai Liuk.
      Pada zaman dahulu Sungai Liuk itu adalah tempat yang indah, keindahan Sungai Liuk yang bersih, sejuk, dan ditepi-tepi sungai nya dipenuhi oleh batu-batuan hitam yang menambah keindahan Sungai Liuk tidak pernah kering dan tetap indah sebagaimana biasa keindahan Sungai Liuk tidak pernah pudar karena hingga sekarang masih banyak tempat-tempat yang dapat kita kunjungi bekas-bekas peninggalan dari nenek moyang.
 
2.      Desa Seberang
Asal usul Desa Seberang
      Pada zaman dahulu apabila nenek moyang ingin bertemu sanak saudaranya yang berada diseberang, maka mereka harus menyeberang menggunakan perahau, sampan atau mereka harus menyeberangnya dengan berenang, karena dinamakan desa seberang kalau kita ingin kesanak saudara harus menyeberangi air.
 
 
 
3.      Desa Koto Dua
Asal usul Desa Koto Dua
      Karena disebut Koto Dua pada zaman dahulu koto dua itu ada 1 (satu ) , karena kelebihan penduduk dibagi koto dua menjadi dua koto, pertama Koto Dua , dan kedua Tepai, kalau Koto Dua berdekatan dengan Sungai Liuk sedangkan Tepai terletak paling ujung desa Sungai Liuk atau pun terletak di tepi  masyarakat desa Sungai Liuk.
 
4.      Desa Sumur Gedang
Asala usul Desa Sumur Gedang
      Pada tahun 2002 desa Seberang melakukan pemekaran desa, desa tersebut terletak di sebelah timur desa Seberang, di desa tersebut terdapat sebuah sumur yang besar ( Gedang ) dan bertuah sumur ini diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit, penyakit yang bisa di sembuhkan seperti gatal-gatal. Sumur tersebut terletak di Samping Sekolah SMK Negeri 1/SMEA.
 
Demikian sekilas sejarah dari Sungai Liuk, mungkin artikel ini belum begitu sempurna dan membutuhkan banyak perbaikkan dikarenakan sumber/narasumber yang mengetahui sejarah sungai liuk ini sudah banyak yang meninggal dunia.